Breaking News
Loading...
Senin, 14 April 2014

Pengukuran Metode Gravitasi

11.45
Prosedur Lapangan

Tujuan observasi harus mempunyai kontras densiti yang jelas (significant) agar dapat terdeteksi oleh gravitimeter. Grid (lintasan) yang biasanya digunakan cukup lebar yaitu antara 200 m s/d 1 km (500 ft s/d 1 mil). Setiap titik pengamatan diharuskan bebas dari angin, pohon-pohon, pengaruh (getaran) tanah, dll. Elevasi setiap titik observasi harus diketahui dengan akurat karena akan berpengaruh dalam pengkoreksian hasil pembacaan alat. Berlaku juga dengan waktu setiap pengukuran.

Pengukuran dengan metoda gravitasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: penentuan titik ikat dan pengukuran titik-titik gaya berat. Sebelum survei dilakukan maka terlebih dulu menentukan base station, biasanya dipilih pada lokasi yang cukup stabil, mudah dikenal dan dijangkau. Base station jumlahnya bisa lebih dari satu tergantung dari kondisi lapangan. Masing-masing base station sebaiknya dijelaskan secara cermat dan rinci meliputi posisi, nama tempat, skala dan petunjuk arah. Base ini dipergunakan sebagai titik tutupan harian dan juga sebagai nilai acuan bagi stasiun gaya berat lainnya .Base ini dipergunakan sebagai titik tutupan dan digunakan juga sebagai nilai acuan bagi stasiun gaya berat lainnya.

Pengambilan data pada titik-titik survei dilakukan dengan sistem Loop, yaitu sistem pengukuran yang dimulai dan diakhiri pada titik gaya berat yang sudah diketahui nilainya. Sistem Loop diharapkan dapat menghilangkan kesalahan yang disebabkan oleh pergeseran pembacaan gravimeter. Metode ini muncul dikarenakan alat yang digunakan selama melakukan pengukuran akan mengalami guncang n, sehingga menyebabkan bergesernya pembacaan titik nol pada alat tersebut.



Data-data yang diambil pada saat pengukuran adalah:
1. Tanggal dan hari pembacaan Data ini berguna untuk koreksi pasang surut
2. Waktu pembacaan Data ini berguna untuk koreksi apungan dan penentuan pasang surut.
3. Pembacaan alat
4. Koordinat stasiun pengukuran dengan menggunakan GPS
5. Data inner zone untuk koreksi Terrain
6. Ketinggian titik pengukuran

pengukuran metode graviti


Pada metode ini, densitas batuan dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menetukan profil topografi yang konsisten naik.
2. Menghitung selisih antara medan gayaberat observasi dengan gayaberat normal lalu dijumlahkan dengan KUB untuk y-nya.
3. Menghitung selisih antara KB sebelum dikalikan densitas dengan koreksi terrain sebelum dikalikan densitas untuk x-nya.
4. Rapat massa batuan diperoleh dari kemiringan garis lurus regresinya.
Berdasarkan persamaan garis lurus regresi, diperoleh densitas rata-rata batuan untuk daerah sepanjang lintasan Pangalengan - Garut, Jawa Barat adalah sebesar 2,607 g/cm3. 
Pemrosesan Data 

Pemrosesan data gayaberat yang sering disebut juga dengan reduksi data gayaberat, secara umum dapat dipisahkan menjadi dua macam, yaitu: proses dasar dan proses lanjutan. Proses dasar mencakup seluruh proses berawal dari nilai pembacaan alat di lapangan sampai diperoleh nilai anomali Bouguer di setiap titik amat. Proses tersebut meliputi tahap-tahap sebagai berikut: konversi pembacaan gravity meter ke nilai milligal, koreksi apungan (drift correction), koreksi pasang surut (tidal correction), koreksi lintang (latitude correction), koreksi udara bebas (free-air correction), koreksi Bouguer (sampai pada tahap ini diperoleh nilai anomali Bouguer Sederhana (ABS) pada topografi.), dan koreksi medan (terrain correction). Pemrosesan data tersebut menggunakan komputer dengan software MS. Excel. Proses lanjutan merupakan proses untuk mempertajam kenampakan/gejala geologi pada daerah penyelidikan yaitu pemodelan dengan menggunakan software Surfer 8 dan GRAV2DC.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer